Mbah
Kyai Sun, atau masyarakat biasa memanggilnya MBah Sun, adalah seorang kyai
sepuh yang sangat alim dan luas pengetahuannya. Beliau hidup di Kota Jombang,
Jawa Timur, sekian puluh tahun yang lalu. Beliau memiliki beberapa puluh santri
dari berbagai daerah.
Satu
ketika di bulan Ramadhan beliau diundang oleh Camat setempat untuk acara buka
bersama. Beberapa orang santri beliau ajak untuk menghadiri undangan tersebut.
Acara pun dimulai. Hingga waktu maghrib tiba semua membatalkan pauasanya
terlebih dahulu sebelum shalat maghrib berjamaah.
Usai
santap berbuka puasa para undangan bersiap untuk shalat maghrib bersama. Namun
sebelum shalat dimulai seorang santri yang berasal dari Indramayu melihat di
pinggir mulut Pak Camat masih tersisa sebutir nasi yang menempel. Santri itu
ingin sekali mengingatkan Pak Camat, namun ia sangat malu dan takut. Terlebih
ia bingung bagaimana berkata dengan menggunakan bahasa halus. Apalagi kala itu
pejabat setingkat Camat dan Bupati sangat-sangat disegani dan dihormati.
Setelah
sejenak berpikir sang santri mendekati sang Camat dan pelan bertanya,
"Maaf, Pak Camat, bahasa kromonya cangkem apa ya?"
Melihat
yang bertanya seorang santri muda sang Camat menjawab dengan meremehkan, "cocot!" Begitu
jawabnya.
Merasa
pertanyaanya telah dijawab dengan serta merta sang santri berkata dengan
sesopan mungkin namun dnegan suara cukup keras, "Oh, kalau begitu, maaf, cocot
panjenengan wonten nasinya."
Mendengar
ucapan seperti itu sang Camat langsung memerah mukanya, menahan marah dan malu.
Sementara undangan yang lain menahan senyum melihat dan mendengar peristiwa
itu.
Sesampai
di pesantren Mbah Sun memarahi sang santri. Namun beliau segera mafhum dan
maklum mendengar pembelaan sang santri, "Lah bagaimana, saya benar-benar
ngga bisa berbahasa jawa halus, maka saya tanyakan pada beliau lebih dahulu
sebelum saya mengingatkan tentang nasi itu. Trus beliau menjawab cocot,
ya saya katakan itu juga pada beliau."
Hmm....
benar juga kata Al-Qur'an; bila kalian berbuat baik, maka hakekatnya berbuat
baik pada diri kalian sendiri. Dan bila berbuat jelek maka berbuat jelek pada
diri sendiri.
(KH.
Subhan Makmun, dalam kajian Tafsir al-Munir)
0 komentar:
Posting Komentar